Setelah dibentuknya Sanggar Seni Budaya yang diinisiasi oleh Tim PPNB UNP ini adalah hari pertama latihan seni tari di sanggar seni budaya Nagari Nanggalo adalah momen yang penuh semangat dan antusiasme. Para anggota sanggar, termasuk guru tari dan penari muda, berkumpul di tempat latihan dengan perasaan harap-harap cemas dan semangat untuk memulai perjalanan seni yang mendalam.
Sanggar seni budaya dipenuhi dengan anak Nagari Nanggalo. Guru tari yang berpengalaman memulai dengan memberikan pengantar tentang tarian yang akan dipelajari, menjelaskan sejarahnya, maknanya, serta gerakan-gerakan kunci. Mereka menekankan pentingnya memahami dan merasakan alur cerita yang terkandung dalam tarian tersebut.
Kemudian, para penari muda bergerak ke halaman, siap untuk belajar gerakan-gerakan pertama. Mereka mungkin mengenakan pakaian tari tradisional yang mempertegas rasa identitas budaya mereka. Latihan dimulai dengan langkah-langkah dasar yang melibatkan posisi tubuh, langkah-langkah kaki, dan ekspresi wajah yang diperlukan dalam tarian tersebut.
Saat musik tradisional dimulai, ruangan penuh dengan irama dan suara instrumen, dan penari muda mulai melangkah sesuai dengan alunan musik (walau masih menggunakan MP3). Mereka berkonsentrasi untuk memahami gerakan yang rumit dan menggabungkannya menjadi rangkaian tarian yang indah. Meskipun ada beberapa kebingungan dan cobaan di awal, semangat mereka tidak pudar. Latihan di hari pertama ini adalah titik awal bagi perjalanan mereka dalam memahami dan menghormati seni tari tradisional yang membanggakan. Ini adalah saat di mana ikatan dan semangat kebersamaan dalam menjaga budaya mereka menjadi lebih kuat.
Hari pertama latihan seni tari di sanggar seni budaya Nagari Nanggalo menggambarkan komitmen yang mendalam terhadap pelestarian dan pengembangan warisan seni dan budaya lokal. Para penari muda bersiap untuk menghadapi tantangan dan mengejar keindahan dalam gerakan-gerakan tari yang akan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas mereka.
“Anak Nanggalo, Hebat! Anak Nanggalo, Berbudaya!” (L)